Gambaran Pengelolaan Resiko Infeksi Pada Post Prostatektomi Di RSUD Dr. Gunawan Mangunkusumo Ambarawa

Penulis

  • Tegar Satria Admaja Universitas Ngudi Waluyo
  • Andriani Noerlita Ningrum STIKES Mamba’ul ‘Ulum Surakarta
  • Indarto Indarto STIKES Mamba’ul ‘Ulum Surakarta
  • Meliana Novitasari STIKES Mamba’ul ‘Ulum Surakarta

DOI:

https://doi.org/10.57218/jkj.Vol3.Iss2.1183

Kata Kunci:

BPH, Perawatan luka, Resiko infeksi

Abstrak

Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) merupakan kelainan di kelenjar prostat berupa kelainan histologis dengan mengacu pada proliferasi sel prostat itu sendiri. Hasil dari proliferasi ini dapat mengakibatkan penumpukan sel sehingga dapat menyebabkan pembesaran pada volume prostat. BPH mampu tumbuh semakin besar seiring dengan bertambahnya usia dan paling sering menyerang laki-laki. Prevalensi BPH di Indonesia pada tahun 2018 mencapai 45% pada individu yang berusia di atas 50 tahun, sementara pada tahun 2019 meningkat menjadi 56% pada usia rata-rata di atas tahun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengelolaan pada pasien post operasi BPH dengan prosedur pembedahan TURP selama 3 hari dengan resiko infeksi untuk mengurangi tingkat infeksi dan meningkatkan proses kesembuhan pasien. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif bentuk studi kasus untuk mengeksplorasikan masalah asuhan keperawatan pada pasien prostat jinak (benign prostatic hyperlasia). Pendekatan yang digunakan yaitu pendekatan asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Hasil penelitian menunjukan pada pasien yang diberikan pengelolaan resiko infeksi dengan perawatan luka pasca operasi TURP, didapatkan hasil luka bersih, tidak ada tanda – tanda kemerahan, tidak ada tanda – tanda bengkak, tidak ada tanda – tanda peningkatan suhu, tidak ada tanda – tanda gangguan fungsi, namun didapatkan nyeri masih terasa dengan skala ringan. Dengan begitu perawatan luka efektif dalam meningkatkan proses kesembuhan pasien. Pemberian perawatan luka pada pasien post operasi prosedur pembedahan TURP terbilang efektif dalam menjaga dan mencegah timbulnya infeksi pada luka insisi pembedahan.

Referensi

Aminuddin, M., Sholichin, S. K., & Nopriyanto, D. (2020). Modul Perawatan Luka. Samarinda: Program Studi Diploma III Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman.

Apriliyasari, R. W., Faidah, N., & Wulan E, S. (2018). Perbedaan Perawatan Luka Post Operasi Bersih Menggunakan Balutan Kasa Dengan Balutan Transparan Terhadap Waktu Penyembuhan Luka Di RSUD dr. Loekmono Hadi Kudus. Prosiding HEFA (Health Events for All).

Franco, J. V., Tesolin, P., & Jung, J. H. (2023). Update on the management of benign prostatic hyperplasia and the role of minimally invasive procedures. Prostate International, 11(1), 1-7.

Ginanjar, M. T., Permane, S. Y., & Nur, K. Z. (2022). Asuhan Kperawatan Nyeri Akut pada Tn. K Pasien Post Operasi TURP dengan Benign Prostat Hyperplasia di Rumah Sakit Wijaya Purwokerto. Jurnal Pengabdian Mandiri, 1(6), 913 - 918.

Irwan , M., Indrawati, Maryati, Risnah, & Arafah, S. (2022). Efektifitas Perawatan Luka Modern dan Konvensional terhadap Proses Penyembuhan Luka Diabetik. Jurnal Ilmiah Mappadising, 4(1), 237-245. doi:doi.org/10.54339/mappadising.v4i1.291.

Lokeshwar, S. D., Harper, B. T., Webb, E., Jordan, A., Dykes, T. A., Neal, D. E., Klaassen, Z. (2019). Epidemilogy and treatment modalities for the management of benign prostatic hyperplasia (Vol. 8(5)). Translation Andrology and Urology.

Masood, A. (2021). Early Oral Feeding Compared With Traditional Postoperative Care in Patients Undergoing Emergency Abdominal Surgery for Perforated Duodenal Ulcer. doi:10.7759/cureus.12553.

Milla, M. N. (2022). Catatan Editor JPS - Setelah pandemi: Preferensi individu dan kelompok dalam interaksi sosial. Jurnal Psikologi Sosial, 20(2), iii-iv. doi:doi.org/10.7454/jps.2022.11

Murray, P. R., Resenthal, K. S., & Pfaller, M. A. (2020). Medical microbiology E-book. Elsevier Health Sciences, 9, 426-433.

Nirfnadi, H., Barawi, K. N., & Hadibrata, E. (2023). Hubungan Diabetes Melitus dan Merokok dengan Kejadian Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) : Tinjauan Pustaka Relationship of Diabetes Mellitus and Smoking with the Incidence of Benign prostatic Hyperplasia (BPH): A Literature Riview. pp. 13(2), 171-173.

Purwanto , H. (2016). Keperawatan Medikal Bedah II (cetakan 1). Kementrian Republik Indonesia.

Ramadhan, M. A., Sutapa, H., Oktaviyanti, I. K., Rhaman, E. Y., & Yuliana, I. (2022). Hubungan Infiltrasi Limfosit Pada Prostat Dengan Retensi Urine Pada Benign Prostatic Hyperplasia Di RSUD. pp. 5(3), 641-647.

Sandra, R., Morika, K. D., & Angraini, S. S. (2022). Perawatan Luka Post Operatif Di Ruang Bedah RS Reksodiwiryo Padang. Jurnal Abdimas Saintika, 4, No 2.

Sun, W., Chen, M., Duan, D., Liu, W., Cui, W., & Li, L. (2023). Effectiveness of moist dressings in wound healing after surgical suturing: A Bayesian Network meta-analysis of randomised controlled trials. International Wound Journal, 20(1), 69-78. doi:doi.org/10.1111/iwj.13839

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (Edisi I Cetakan III). Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Indonesia.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (Edisi I Cetakan II). Jakarta Selatan: Dewan Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (Edisi I Cetakan II). Jakarta Selatan: Dewan Pusat Persatuan Perawat Indonesia

Wulandari, D. K., Ruslinawati, & Elsiyana. (2022). Efektifitas Terapi Relaksasi Slow Deep Breathing dan Relaksasi Benso Terhadap Skala Nyeri Pada Pasien Post Operasi Benign Prostatic Hyperplasia Di Rs Bhayangkara Banjarmasin. Jurnal Keperawatan Sriwijawa, 9(2), 71-80.

Unduhan

Diterbitkan

2024-12-15